Kamis, 12 Mei 2016

menjadi guru yang baik



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 
Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Dengan demikian, pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan (baca : proses pembelajaran) dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan memengaruhi proses pembelajaran. Begitu banyak komponen yang dapat memengaruhi kualitas pendidikan. Namun demikian, tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas dilakukan dengan memperbaiki setiap komponen secara serempak. Hal ini selain komponen – komponen itu keberadaannya terpencar, juga kita sulit menentukan kadar keterpengaruhan setiap komponen.

1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Guru?
2.      Seperti apakah pengertian profesi mengajar yang merupakan pekerjaan profesional bagi guru?
3.      Seberapa pentingkah peran Guru dalam proses pembelajaran?
4.      Apa saja Syarat-syarat menjadi Guru?
5.      Bagaimanakah cara mejadi Guru yang baik ?

1.3. Tujuan Masalah
       untuk mencapai standar proses pendidikan, sebaiknya dimulai dengan menganalisis komponen guru. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini kami harap agar kita lebih mengetahui lebih jauh tentang Guru dan segala yang berkaitan tentang keguruan.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Guru
Secara Etimologi (bahasa) : dalam bahasa Arab, guru dikenal dengan sebutan Al-Mu’alim, atau Al-Ustadz, artinya yang bertugas memberikan ilmu dalam majlis ta’lim . Dalam Bahasa Sansekerta guru secara harfiahnya adalah memiliki arti “berat”, Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk “pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik”. Secara Istilah guru dilihat sebagai seseorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu. Pengertian guru menurut istilah masa sekarang menjadi arti yang luas dalam masyarakat, yaitu semua orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kependidikan tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang.
Dalam pengertian lain, guru adalah pendidik profesional karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya kesekolah sekaligus berarti pelimpahan sebagai tanggung  jawab pendidikan anaknya kepada Guru.([1]) Di  negara- negara Timur sejak dahulu kala, guru sangat dihormati oleh Masyarakat. Orang india terdahulu,  menganggap guru itu sebagai “orang yang suci dan sakti”. Di jepang, guru disebut Sensei artinya “yang lebih dahulu lahir”, “ yang lebih tua “. Di inggris, guru dikatakan “Teacher” dan di Jerman,guru disebut “ De lehler” keduanya berarti “ pengajar”. ([2])
Secara umum, guru harus memenuhi 2 kategori, yaitu capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan yang teoritis tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi, dan memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam kelas, tetapi juga sesudah di luar kelas (mampu mengaplikasikan sikap guru bukan hanya saat mengajar namun juga dalam kemasyarakatan).[3]
2.2. Mengajar sebagai pekerjaan profesional bagi Guru
            Mengajar bukanlah hanya menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi merupakan pekerjaan yang bertujuan dan bersifat kompleks. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, diperlukan sejumlah keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu pengetahuan yang spesifik. Artinya, setiap keputusan dalam melaksanakan aktivitas mengajar bukanlah didsarkan kepada pertimbangan-pertimbangan sebujektif atau tugas yang dapat dilakukan sekehendak hati, tetapi didasarkan kepada suatu pertimbangan berdasarkan keilmuan tertentu, sehingga apa yang dilakukan guru dalam mengajar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang guru profesional diperlukan latar belakang yang sesuai, yaitu latar belakang kependidikan guru.
            Sebagaimana tugasnya seorang Dokter yang berprofesi menyembuhkan penyakit pasiennya, maka tugas seorang guru pun memiliki bidang keahlian yang jelas, yaitu mengantarkan siswa ke arah tujuan yang diinginkan. Memang hasil pekerjaan seorang dokter atau profesi lainnya berbeda dengan hasil pekerjaan seorang guru. Kinerja profesi nonkeguruan seperti dokter biasanya dapat dilihat dalam waktu yang singkat dapat menyembuhkan pasien dari penyakitnya. Namun, tidak demikian dengan guru. Hasil pekerjaan guru seperti mengembangkan minat dan bakat serta potensi yang dimiliki seseorang, termasuk mengembangkan sikap tertentu memerlukan waktu yang cukup panjang sehingga hasilnnya baru terlihat setelah berapa lama kemudian. Mungkin satu generasi. Oleh karena itu, kegagalan guru dalam membelajarkan siswa, berarti kegagalan dalam membentuk satu generasi manusia.
            Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang keahliannya, diperlukan tingkat keahlian yang menandai. Menjadi guru bukan hanya cukup memahami materi yang harus disampaikan, akan tetapi  juga diperlukan kemampuan dan pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan yang lain, misalnya memahami tentang psikologi perkembangan manusia, pemahaman tentang teori-teori perubahan tingkah laku, kemmapuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, kemampuan mendesain strategi pembelajaran yang tepat, dan lain sebagainya. Termasuk kemampuan mengevaluasi proses dan hasil kerja. Oleh karena itu, seorang guru bukan hanya tahu tentang “What to teach”, akan tetapi juga paham tentang “How to teach”. Kemampuan-kemampuan semacam itu tidak mungkin diperoleh dari suatu lembaga pendidikan khusus, yaitu lembaga pendidikan keguruan.
            Tugas guru adalah mempersiapkan generasi manusia yang dapat hidup dan berperan aktif di Masyarakat. Oleh sebab itu,tidak mungkin pekerjaan seorang guru dapat terlepas dari kehidupan sosial. Hal ini berarti apa yang dilakukan guru akan mempunyai dampak terhadap kehidupan Masyarakat. Sebaliknya, semakin tinggi derajat keprofesionalan seseorang, misalnya tingkat keguruan seseorang, maka semakin tinggi pula penghargaan yang diberikan Masyarakat.
            Pekerjaan guru bukanlah pekerjaan yang statis, tetapi pekerjaan yang dinamis, yang selamanya harus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu guru dituntut peka terhadap dinamika perkembangan Masyarakat, baik perkembangan kebutuhan yang selamanya berubah,  perkembangan sosial, budaya, politik, termasuk perkembangan teknologi.([4])
















2.3. Pentingnya Guru dalam proses pembelajaran.
Ketika ilmu pengetahuan masih terbatas, ketika pemberitahuan hasil-hasil teknologi belum berkembang hebat seperti sekarang ini, maka peran utama Guru di Sekolah adalah menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai warisan kebudayaan masa lalu yang dianggap berguna sehingga harus dilestarikan. Dalam kondisi demikian, Guru berperan sebagai sumber belajar (learning resoures) bagi siswa. Siswa akan belajar apa yang keluar dari mulut guru. Oleh karena itu, ada pepatah yang menyebutkan bagaimanapun pintarnya siswa, maka tidak mungkin dapat mengalahkan pintarnya guru. Apakah dalam kondisi yang demikian masih tetap dipertahankan ? apakah ilmu pengetahuan sebagai warisan masa lalu yang harus dikuasai itu hanya dapat dipelajari dari mulut guru ? tentu saja tidak. Dalam abad teknologi dan informasi ini siswa dapat mempelajarinya dari berbagai sumber. Namun demikian, hebatnya kemajuan teknologi tidak membuat peran guru akan tergantikan. [5]
Kemudian dalam model belajar sistem komando dan penyampaian, atau model bank dalam istilah feire, guru tidak saja dituntut untuk bisa menstimulasi siswa-siswanya, tetapi juga harus mampu memerhatikan keragaman yang ada, karena daya serap siswa berbeda-beda, dan akumulasi pengalaman belajar sebelumnya berbeda antara satu dengan lainnya. Kemudian guru juga tidak bisa maksimal memahami siswa belajar, walaupun guru bisa menjelaskan bahan-bahan ajar pada siswa.[6]

2.4.  Syarat-syarat menjadi Guru
Menjadi seorang guru itu tidak semata-mata menjadi seorang guru saja tanpa memerhatikan syarat-syarat sebelumnya. Seorang guru adalah akan menjadi tabiat bagi siswa yang diajarnya. Menjadi seorang gurupun akan memiliki pertanggung jawaban besar bagi diri sendiri, masyarakat, agama, Nusa dan Bangsa. Oleh karena itu, sebelum menjadi seorang guru kita terlebih dahulu harus tahu spesifikasi calon guru dan berikut ini adalah Syarat-syaratnya :

·         Takwa Kepada Allah
Profesi guru sesuai dengan tujuan Ilmu Pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak agar bertaqwa kepadanya namun guru mendidik agar anak bertaqwa kepada Allah. Nah, jika gurunya sudah bertaqwa kepada Allah akan mudah bagi guru untuk mencontohkan bagaimana seharusnya agar kita bertaqwa kepada Allah. Sebab ia adalah teladan bagi muridnya sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan baik kepada murid-muridnya. Sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka akan menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

·         Berilmu
Ijazah bukan semata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya memiliki ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan.
Dalam  keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan Guru makin baik mutu pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat Masyarakat. Seorang guru dituntut agar berilmu,  salah satunya adalah agar ia mampu mempertanggung  jawabkan profesinya yang sebagai seorang guru dan pertanggung jawaban atas segala pelajaran yang ia sampaikan.

·         Sehat jasmani
Kesehatan sering kali dijadikan salah satu bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Karena dikhawatirkan jika gurunya tidak sehat dan memiliki penyakit berbahaya akan berakibat buruk  kepada siswa yang diajarnya karena khawatir akan tertular.

·         Berkelakuan baik
Guru yang tidak berakhlak baik, tidak mungkin dipercayakan pekerjaan mendidik. Yang dimaksud dengan Baik dalam Ilmu pendidikan Islam seperti yang dicontohkan oleh pendidik utama yakni nabi Muhammad SAW. Diantara Akhlak yang harus dimiliki seorang Guru adalah sebagi berikut :
v  Mencintai jabatan seorang Guru
v  Bersikap adil terhadap semua muridnya
v  Guru harus berwibawa
v  Berlaku sabar dan tenang
v  Guru harus gembira
v  Guru harus bersifat memahami
v  Bekerjasama dengan Guru-Guru lain
v  Bekerjasama dengan Masyarakat([7])
2.5. Cara menjadi Guru yang baik
Tidak semua guru memahami dan menyadari paradigma menjadi guru yang baik. Praktik-praktik pengajaran masih banyak yang didominasi oleh guru dan bahkan guru sepertinya memiliki otoritas untuk memaksa siswa memenuhi semua yang diinginkannya dengan kurang bijak memerhatikan kebutuhuan belajar siswanya. problem terbesar dalam belajar sistem penyampaian dan perintah tidak akan mampu mengantisispasi berbagai kesulitan siswa individual dan kelompok dalam menyerap berbagai bahan ajar untuk akumulasi pengalaman mereka.
Oleh karena itu, berikut ini akan dijelaskan bagaimana seharusnya seorang guru bertingkah laku dalam mengajar dan agar mampu menjadi seorang guru yang baik :[8]
1.      Dengan berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang berpancasila.
2.      Dengan memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai kebutuhan anak didik masing-masing.
3.      Dengan mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4.      Dengan menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua anak didik sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5.       Dengan menyusun rapi materi yang akan diajarkan.
6.      Dengan mengecek tata tertib di dalam kelas, dan memerhatikan para murid ditengah jam pelajaran.
7.      Dengan mengevaluasi tugas-tugas murid dan membenarkannya
8.      Dengan menstranfer nilai-nilai dan menjadi suri teladan yang baik bagi para muridnya.
9.      Dengan memberikan tugas-tugas rumah kepada murid.
10.  Dengan bekerja sama dengan lembaga sekolah dan menerima dengan hati terbuka atas saran dan nasihat kepala sekolah.
11.  Dengan bekerja sama dengan pihak wali murid dengan baik.
12.  Dengan belajar dan melakukan riset dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan mengajar yang lebih baik.
Sedangkan, menurut Gilberth H. Hanth dalam bukunya Effective Teaching, bahwa guru yang baik itu harus memenuhi tujuh kriteria :[9]
1.      Sifat
Guru harus memiliki sifat antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas, dan pekerja keras, toleran, sopan, dan bijaksana. Misal :   “ saat siswanya sedang malas belajar dikelas guru harus pandai-pandai mencairkan suasana tersebut misalnya saja dengan bercerita. Dan Gurupun tidak boleh terlalu keras dalam menegur siswanya Misal : muridnya tidur dikelas dan gurunya membangunkan siswanya lalu ditampar dan diusir keluar kelas,hal itu sangta tidak baik. Selayaknya guru harus mencoba menegur terlebih dahulu siswa itu dan itupun dilakukan dengan cara baik-baik bersikap sopan sebagai seorang guru”
2.      Pengetahuan
Guru yang baik harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam  mata pelajaran yang diampunya. Misal : “ seorang guru bahasa Inggris dituntut agar ia mampu mengajar bahasa arab. Sudah jelas dalam hal ini sang guru tidak akan mampu melaksanakan tugasnya secara maksimal meskipun ia mencoba melakukannya karena yang ia kuasai adalah mengajar bahasa inggris bukan bahasa Arab “
3.      Apa yang disampaikan
Penyampaian materi yang diberikan oleh guru harus sesuai dengan keinginan siswa dan kebutuhan siswa. Maksudny adalah guru harus mampu menyesuaikan tingkat pemahaman siswa sesuai dengan usia dan kondisi belajar saat itu. Misal : “pada tigkat Taman kanak-kanak seorang guru memerintahkan agar mereka berdiskusi, itu tidak akan efektif karena anak seusia mereka masih membutuhkan sebuah permainan. Dengan kata lain, guru harus bisa menyampaikan pelajaran pada siswa tersebut meskipun dalam bentuk permainan.



4.      Bagaimana mengajar
Guru yang baik harus mampu  menjelaskan berbagai informasi secara jelas, dan terang. Seorang guru yang baik adalah yang dapat mengerti bagaimana seharusnya ia dalam menyampaikan materi kepada siswanya dan siswanyapun dapat mengerti dengan baik apa yang disampaikannya. Misal : “dengan memberikan contoh nyata apa yang sedang ia jelaskan”. Karena dengan begitu siswa dapat melihat bukti nyata bahwa yang disampaikan gurunya itu adalah sebuah kebenaran.
5.      Harapan
Guru yang baik harus mampu memberi harapan pada siswa dan mendorong partisipasi orang tua dalam memajukan kemampuan akademik anaknya. Misal : “seorang guru memiliki siswa yang nilainya kurang baik, sebagai seorang guru harus mampu menenangkan  siswa tersebut agar ia tidak berpikir bahwa ia paling bodoh dan tidak akan mampu mendapat nilai bagus seperti  teman-temannya. Guru harus mampu memberikan harapan bahwasannya setiap siswa mampu mendapat nilai yang baik asalkan ia mau berusaha. Selain itu, guru juga harus mampu berkomunikasi baik dengan orang tua siswa yang terkait, karena peran orang tua dalam hal ini juga sangat penting”.
6.      Reaksi guru terhadap siswa
Guru yang baik biasanya menerima masukan, resiko, dan tantangan yang selalu memberikan dukungan kepada siswanya. Misal : “Guru terlalu cepat dalam membacakan materi pelajaran dan Muridnya memberikan masukan agar gurunya  tidak terlalu cepat dalam  membaca dan guru harus bisa menerima masukan itu” .
7.      Management
Guru yang baik harus menunjukan keahlian dalam perencanaan dalam berbagai bidang terutama dalam penyampaian materinya. Misal: “guru menyuruh agar siswanya membuat makalah dan didiskusikan dan setelah selesai diskusi barulah guru memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang materi yang telah didiskusikan tadi dan setelah itu barulah guru memberikan evaluasi apa saja kekurangan dalam diskusi tersebut ‘



BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari semua pembahasan tentang bagaimana menjadi guru yang baik ternyata sangat diperlukan sekali berbagai keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Mulai dari mengerti terlebih dahulu apa sebenarnya profesi guru itu, setelah itu harus tahu pula apa saja syarat-syarat menjadi seorang guru, dan harus mengetahui seberapa penting peran guru terhadap proses pembelajaran agar kita tidak menganggap enteng profesi keguruan dan tidak sungguh-sungguh dalam melaksanakn tugas sebagai seoran guru.
Tidak terhenti sebatas itu saja, seorang gurupun tak lantas menjalankan tugasnya tanpa memerhatikan bagaimana seharusnya ia bertindak dalam penyampaian materi dan tata cara mengajar . Nah, untuk melakukan hal itu dengan benar seorang guru harus tahu bagaimana cara menjadi seorang guru yang baik itu.

















DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya wina. ( 2006 ). Strategi Pembelajaran . Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.
Gulo, W. (2002). Strategi belajar mengajar. Jakarta : Grasindo
Ibrahim (1988 ). Inovasi Pendidikan. Jakarta : Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan tenaga Kependidikan.
Joni, t. Rakaa  (1980). Cara belajar siswa Aktif : wawasan Kependidikan dan pembaruan pendidikan guru. Malang : IKIP Malang.
Rosyada Dede.  (2004). Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group


[1] Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Diadit Media, 2010), cet.1,  hlm. 104.
[2] Wina sanjaya, Strategi pembelajaran , ( Jakarta : Kencana Prenadamedia group ,2006), cet. I,hlm. 33-44.
[3] Dede Rosyada,  Paradigma Pendidikan Demokratis, ( Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2004) , Cet.2, hlm. 109.

[4]  Opcit, Hlm.14
[5] Loc.cit, hlm.21
[6] Loc.cit, hlm. 110
[7] Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Diadit Media, 2010), cet.1,  hlm.105
[8] Dede Rosyada,  Paradigma Pendidikan Demokratis, ( Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2004) , Cet.2, hlm. 111.
[9] Ibid, hlm. 112

Tidak ada komentar:

Posting Komentar