Kamis, 12 Mei 2016

al-quran hadits sebgai pedoman hidup



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur Alhamdulillah kami haturkan ke haribaan Allah SWT., Tuhan Yang Maha Kasih yang kasih-Nya tiada pernah pilih kasih, yang sayang-Nya tiada pernah terbilang. Berkat kasih sayang-Nya jualah kami dapat merampungkan sebuah makalah yang berjudul “Al-hadits sebagai pedoman hidup” ini.
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi akhiruzzaman, Muhammad SAW. lewat bimbingan dan petunjuknya semata kini kita mampu membedakan mana yang haq dan mana yang batil, mana yang halal dan mana yang haram, juga mana yang berpahala dan mana yang berdosa, semoga kelak di hari kiamat kita mendapat syafa’atnya, dimana tiada lagi orang yang dapat memberikan pertolongan.
Harapan kami, dengan membaca dan mempelajari makalah ini kita tergerak untuk kembali mempelajari hadits sebagai pokok ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an. Kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.


                                                Serang, 06  April 2015
  
 Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR           ……………………………………………………….           1
DAFTAR ISI                          ……………………………………………………….           2
BAB I PENDAHULUAN     ……………………………………………………….           3
BAB II PEMBAHASAN      ……………………………………………………….           4
A.    Pengertian Hadis         ……………………………………………………….           4
B.     Pengertian pedoman   ……………………………………………………….           6
C.     Anjuran mengikuti sunnah Nabi         ………………………………………..          6
D.    Mengaplikasikan As-sunnah/ Al-hadis           ………………………………..          6
BABA III PENUTUP
A.    Kesimpulan     ………………………………………………………………..          10
B.     Saran               ………………………………………………………………..          10
DAFTAR PUSTAKA                        ………………………………………………………..          11








BAB I
PENDAHULUAN
Hidup di era modern saat ini sarat dengan berbagai tantangan, entah fisik maupun psikis. Seseorang yang tidak memiliki pegangan hidup dan tidak mampu mengendalikan dirinya, akan mudah terjerumus dalam giuran syahwat dan godaan setan. Sebagai seorang Muslim sudah semestinya kita menjadikan syari’at Islam sebagai pedoman dalam menjalani hidup sehari-hari. Dengan kata lain, kita harus berpegang pada suatu aturan yang akan menjadi rambu-rambu untuk menghantarkan kita ke tujuan dengan selamat. Aturan tersebut harus murni kebenarannya, bukan buatan manusia; aturan Ilahi yang bersumber dari nilai-nilai al-Qur’an dan as-Sunnah.
Kehidupan Nabi Muhammad SAW. merupakan cerminan dari ajaran syari’at Islam tersebut. Beliau adalah utusan Allah yang ditugaskan untuk menyeru umat manusia ke jalan yang lurus. Sebagai seorang utusan-Nya, tentu perilaku beliau senantiasa “maksum” dan sejalan dengan ajaran yang disampaikannya, sehingga dapat menjadi teladan bagi orang-orang yang diserunya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. al-Ahzab: 21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَا نَ يَرْجُواااللهَ وَالْيَوْمَ الْا خِرَوَذَكَرَاللهَ كَثِيْرًا
“ Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.(QS. al-Ahzab: 21)






BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN HADIS
1.      Pengertian hadis menurut bahasa
Menurut Ibn Manzhur, kata ‘hadis’ berasal dari bahasa Arab, yaitu al-hadits, jamaknya al-ahadits, al-haditsan, dan al-hudtsan. Kata ini memiliki banyak arti, diantaranya al-jadid (yang baru), al-khabar, yang berarti kabar atau berita.
2.      Pengertian hadis menurut istilah
a.      Sunnah menurut para ulama hadis adalah
“Sabda-sabda, perbuatan-perbuatan, dan taqrir-taqrir (penetapan dan persetujuan) Nabi yang menjelaskan secara rinci hikmah-hikmah dan hukum-hukum yang disebutkan oleh al-Qur’an secara global.”
b.      Sunnah menurut para ulama ushul fiqih adalah
“ Sabda-sabda, perbuatan, dan taqrir Rasulullah SAW”.
c.       Sebagian pakar hadis dan ushul fiqih menambahkan
“ Segala yang berasal dari Nabi, baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, maupun apa yang hendak beliau kerjakan (namun belum sempat beliau kerjakan karena telah lebih dahulu meninggal).”
Dari definisi tersebut nampak jelas bahwa yang dimaksud dengan istilah Sunnah adalah jalan hidup yang ditempuh dan sebagai petunjuk yang Nabi ajarkan kepada umatnya. Itulah sunnah yang wajib diikuti,barangsiapa mengikutinya maka ia terpuji dan barang siapa menyelisihinya maka ia tercela.
Para ulama merangkum definisi al-Sunnah dengan mengatakan, “As-Sunnah adalah ungkapan untuk menggambarkan sikap ittiba’ (mengikuti dan meneladani) manhaj al-Kitab dan as-sunnah an-nabawiyah dalam persoalan ushul (pokok) dan furu’ (cabang).
Sunnah dalam definisi ini adalah nama lain untuk istilah al-ittiba’ atau mutaba’at al-rasul, mengikuti dan mencontoh pola kehidupan Rasulullah SAW. Dalam pengertian ini, sunnah menjadi lawan dari kata bid’ah. Ia mencangkup seluruh aspek kehidupan Rasulullah SAW.; akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah. Dan penyimpangan dari petunjuk hidup Rasulullah berarti adalah sebuah bid’ah dan kesesatan.
Sunnah dalam pengertian ini merupakan wujud nyata dari praktek pengamalan Rasulullah terhadap Al-Qur’an. Pola kehidupan dan tuntunan hidup Rasulullah ini akhirnya diteladani oleh generasi sahabat, dan diajarkan serta diwarisi oleh kaum muslimin dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dalil Al-Hadits:
Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW. Berkenaan dengan keharusan menjadikan hadist sebaga pedoman hidup, disamping Al-Qur’an sebagai pedoman utamanya, beliau bersabda:
                        تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْامَا تَمَسَكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةٌ نَّبِيِّهِ. رواه ملك
Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan tersesat selagi kamu berpegangan teguh pada keduanya, yaitu berupa kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (H.R Malik).
Sebagaimana hadis Nabi:
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِالرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِينَ عَضواعَلَيْهَا بِالنَوَاجِذِ
“Karena itu hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah al-Khulafa’ ar-Rasyidun yang mendapat petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham.”(HR. Abu Daud)


B.     PENGERTIAN PEDOMAN
Pedoman menurut bahasa adalah pijakan, pegangan, asas,dasar.
Sedangkan  menurut istilah adalah hal pokok yang menjadi pegangan atau petunjuk dalam melaksanakan sesuatu.

C.     ANJURAN MENGIKUTI SUNNAH NABI
Nabi Muhammad adalah sosok Nabi terakhir yang diutus oleh Allah untuk menuntun umat manusia manuju jalan kebaikan. Setiap ajaran dan perintah serta larangan yang beliau sampaikan dari Allah, merupakan petunjuk yang mengantarkan kehidupan manusia menjadi bahagia di dunia maupun di akhirat.
Seorang muslim yang mengaku mencintai Rasulullah, semestinya dia selalu berusaha untuk meneladani sunnah beliau dalam kehidupannya, terlebih lagi jika dia mengaku sebagai ahlu sunnah. Karena konsekwensi utama seorang yang mengaku mencintai beliau adalah selalu berusaha mengikuti semua petunjuk dan perbuatan beliau. Allah berfirman:
               قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُ نُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْ رٌرَّحِيْم
            Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali ‘Imran: 31)

D.    MENGAPLIKASIKAN AS-SUNNAH/ AL-HADIS
1.      Dalam kehidupan pribadi
a.       Memulai sesuatu dari sebelah kanan
Sunnah selalu mendahulukan dari sebelah kanan seperti halnya dalam berwudhu, memakai pakaian, sandal, masuk masjid, makan minum,gosok gigi, potong kuku.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ ص يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِيْ تَنَعُّلِهِ، وَتَرَجُّلِهِ، وَطُهُوْرِهِ، وَفِيْ شَأْ نِهِ كُلِّهِ. متفق عليه
Dari ‘Aisyah Ia berkata : Adalah Nabi saw. suka (memulai dari) kanan pada memakai kasut dan bersisir dan bersuci dan pada semua urusannya.(Mutafaq ‘alaih)
b.      Memulai sesuatu dengan mengucap Basmallah
كُلُّ أَمرٍ ذِي بَالٍ لاَ يُبدَأُ فِيهِ بِسمِ اللهِ الرَّحمنِ الرَّحِيمِ فَهُوَ أَقطَعُ

Artinya:
“Setiap perkara yang bernilai amal perbuatan yang tidak diawali “Basmalah”, maka amal itu akan terputus”.

c.       Menghidupkan shalat malam (qiyamullail)
  Sebaik-baiknya shalat setelah shalat fardhu adalah salat malam (tahajud)” HR. Muslim.
d.      Puasa Senin dan Kamis
Dari Usamah bin Zaid berkata: Sesungguhnya Nabi SAW biasa berpuasa pada hari senin dan hari kamis. Dan Rasulullah pun ditanya perihal puasa itu maka Rasulullah berkata, “sesungguhnya segala amal segenap hamba dipaparkan pada hari senin dan kamis”.(Shahih Abu daud no:2128)
2.      Dalam kehidupan keluarga
a.       Tarbiyatul Aulad (mendidik anak)
Sebagaimana Nabi bersabda
Perintahkanlah anak kalian untuk shalat saat mereka berusia tujuh tahun, pukullah mereka jika tidak melaksanakan shalat dan saat mereka berusia sepuluh tahun bedakan mereka di tempat tidurnya”. (HR. Abu Daud)
b.      Membiasakan bermusyawarah dalam memecahkan permasalahan
Musyawarah berarti pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah. Dalam menghadapi permasalahan perlu adanya pertimbangan yang matang, dan hati yang ikhalas karna mereka yang melakukan musyawarah adalah orang-orang yang mengharap kebaikan dan mengambil manfaat dari musyawarah tersebut.
Dalil hadis :
إِذَااسْتَشَا اَحَدُ كُمْ اَخَاهُ فَلْيَسَرَّعَلَيْهِ [ابن ماجه]
“Apabiala salah seorang kamu meminta bermusyawarah dengan saudaranya, maka penuhilah”. (HR. Ibnu Majah)
c.       Berusaha mencari nafkah dengan cara yang halal
Di kisahkan pada masa Nabi tepatnya di kota Madinah di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. Lalu Rasulullah bertanya “ kenapa tanganmu kasar sekali?” lalu buruh itu pun menjawab: “Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk member nafkah keluarga saya, karna itulah tangan saya kasar”. Lalu Rasulullah menggenggam tangan itu, dan menciumnya.
d.      Memberikan contoh perilaku yang sesuai dengan Al-qur’an dan hadis


3.      Dalam kehidupan bermasyarakat
a.       Mengajak dan mengajarkan kebaikan
مَنْ دَلَّ عَلىَ خَيْرٍفَلَهُ مِثْلُ أَجْرِفَاعِلِهِ
“Siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak yang didapat oleh yang mengerjakannya”.(HR. Muslim)
b.      Bersilaturahmi
Setiap manusia pasti tidak bisa hidup seorang diri. Karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain, oleh karena itu penting bagi setiap manusia untuk menjalin silaturahmi yang baik dengan orang lain.
c.       Menjenguk orang sakit
d.      Menjaga kerukunan dan bergoton royong
e.       Berbuat baik terhadap tetangga
Sebagaimana di jelaskan dalam Hadis Nabi :
وَعَنْ اَبِى ذَ رٍّرَضِىَ االلهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص : يَا أَبَاذَرٍّإِذَاطَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْمَاءَهَاوَتَعَاهَدْجِيْرَانَكَ. روه مسلم
Dari Abu Dzarr r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Hai Abu Dzarr, jika engkau memasak kuah perbanyaklah airnya, dan perhatikan tetanggamu.” (HR. Muslim)

4.      Dalam kehidupan bernegara
a.       Wajib Ta’at pada Pemerintah, dalam hal yang bukan ma’syiyat
وَعَن أَبِى عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنهُمَا عَنِ النَّبِيِّ ص... قال: عَلَى المَرءُ المُسلِمُ السَّمعُ وَ الطَّا عَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَ كَرِهَ إَلاَّ أَن يُؤمَرَ بِمَعصِيَةٍ. فَإِن أُمِرَ بِمَعصِيَةٍ فَلَا سَمعَ وَلاَ طَاعَةَ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
Ibn Umar r.a. berkata: Bersabda Nabi SAW.: Seorang muslim wajib mendengar, Ta’at pada pemerintahnya, dalam apa yang disetujui atau tidak disetujui, kecuali jika diperintah ma’syiyat. Maka apabila disuruh ma’syiyat, maka tidak wajib mendengar dan tidak wajib ta’at.(Mutafaq alaih)
b.       Tidak menjadikan wanita sebagai pemimpin
عَنْ اَبِيْ بَكْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ [ لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا اَمْرَهُمُ امْرَأَةً ] رواه البخاري
Dari Abi Bakrah dari Nabi saw. Ia bersabda : “Tidak akan jadi bahagia satu kaum yang menjadikan seorang perempuan sebagai ketua mereka”.(HR. Bukhari)
Demikianlah, kita harus melaksanakan sunnah Rasulullah dengan penuh kecintaan, ketaatan, dan pengagungan, tanpa mempersoalkan hikmah dan makna dibalik sunnah tersebut. Keimanan dan keyakinan bahwa sunnah Rasulullah adalah petunjuk dan pedoman hidup terbaik yang pasti akan menghantarkan kita kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sunnah dalam pengertian ini merupakan wujud nyata dari praktek pengamalan Rasulullah terhadap Al-Qur’an. Pola kehidupan dan tuntunan hidup Rasulullah ini akhirnya diteladani oleh generasi sahabat, dan diajarkan serta diwarisi oleh kaum muslimin dari satu generasi ke generasi berikutnya.
B.     Saran














DAFTAR PUSTAKA

Wahyu,M. 2013. Kamus Bahasa Indonesia. Bandung: Ruang Kata
Bahreisy, Salim.1987. Tarjamah Riadhus Shalihin. Bandung: PT. AL-MA’ARIF
Syah putra, M. 2014. 9 Sunnah yang utama. Surabaya: Quntum Media
Wahab, Abdul. 2014. Keseharian Rasulullah. Jakarta: Almahira
Abdurrahman, Faiz. 2008. Bahagia Dunia Akhirat. Solo : Roemah Buku
Hassan, A. 2011. Tarjamah Bulubhul Maram. Bandung: CV. Penerbit DIPONEGORO
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar