BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dasar
pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang lurus dan benar,
karena akhlak adalah buah dari aqidah ,
sehingga dapat dikatakan bahwa aqidah yang rusak akan tergambar pada aklak dan
tingkah laku yang buruk, atau aklak dan tingkah laku yang buruk adalah pancaran
dari aqidah yang rusak pula. Aqidah
seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinannya terhadap
Allah, MalaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari Akhir dan Keimanannya
kepada Taqdir Allah juga lurus dan
benar.
Oleh karena begitu sangat urgennya
pembahasan tentang aqidah inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengulas
sedikit tentang aqidah dalam kehidupan.
RUMUSAN MASALAH
Untuk
mengkaji dan mengulas tentang aqidah dalam kehidupan, maka diperlukan subpokok
bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
- Apa pengertian dan hakikat aqidah?
- Apa pembagian aqidah (tauhid) itu?
- Apa saja yang menjadi penyebab terjadinya penyimpangan dalam aqidah?
- Bagaimana cara menanggulangi penyimpangan dalam aqidah ?
TUJUAN PENULISAN
Dari rumusan masaah di atas maka
kita dapat mengambil tujuan sebagai berikut:
- Untuk mengetahui pengertian dari aqidah
- Untuk mengetahui pembagian aqidah (tauhid)
- Untuk mengetahui sebab-sebab penyimpangan akidah
- Untuk mengetahui cara-cara menanggulangi penyimpangan akidah
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Pengertian dan Hakikat Akidah
a. Pengertian aqidah
Menurut bahasa
(etimology), Aqidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu اَلْعَقِيْدَةُ kata dasar al-aqd yaitu al-Rabith
(ikatan), al-Ibram (pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-Tawutsiq
(menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan
al-Itsbat (penetapan). Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu
kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu.
Sedangkan menurut istilah (terminologi), Aqidah yaitu iman
kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para RasulNya dan Kepada Hari
Akhir serta kepada qadar yang baik mapun yang buruk. Hal ini disebut juga
sebagai rukun iman.
Sedangkan akidah menurut
istilah secara umum yaitu keimanan yang
pasti kepada Allah dan apa saja yang wajib diimani dalam hal rububiyah,
uluhiyah,serta nama-nama dan sifat-sifatNYa, iman kepada para malaikat, kitab-kitab
, para rasulNya, hari kiamat dan iman kepada takdir Allah yang baik ataupun
yang buruk dan beriman dengan apa saja yang datang dari nash Al-Quran dan
As-Sunnah yang sahih dari perkara dasar-dasar agama , hal yang berkaitan dengan
perkara yang gaib yang diberitakannya, serta apa saja yang telah di sepakati
oleh para salafus Sholeh.
b.
Hakekat Akidah
Sesungguhnya seseorang akan benar akidah bila imannya lurus,
sehingga itu menjadi syarat diterima atau tidaknya amal ibadahnya. Dapat dikatakan seorang itu benar dan lurus
akidahnya jika benar dan lurus keimanannya. Artinya berilmunya seseorang
tentang rukun iman yang enam dan dia realisasikan dalam kehidupan, maka dapat
dikatakan bahwa akidahnya sudah benar dan lurus, betu juga sebaliknya.
Sudah menjadi hal yang tidak dapat
di pungkiri bahwa iman itu dibarengi oleh keilmuan dan amaliyah.
Dengan demikian benar apa yang
disebutkan oleh Allah bahwa setiap manusia itu berada dalam kerugian, kecuali
orang yang beriman (dengan ilmu) dan beramal kebajikan, nasehat-menasehati
dalam kebenaran dan nasehat-menasehati dalam kesabaran, sebagai terdapat dalam
surat al-Ashr.
Sementara imam A-Bukhari menyebutkan dalam kitab shahihnya
dalam bab “Al-Ilmu qablal qaul wal amal”, (dalam pembahasan kewajiban berilmu
sebelym berkata dan berbuat) artinya perintah untuk berilmu dulu baru setelah
itu berkata dan berbuat.
Ini semua menunjukkan bahwa akidah
atau keyakinan seseorang adalah keimanannya itu sendiri, sehingga tidak dapat
dipisahkan sebaimana dua belah mata keeping logam.
Maka dapat disimpulkan akidah
seseorang itu adalah keimanannya terhadap rukun iman; (beriman kepada Allah,
MalaikatNYa, Kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, kepada hari Kiamat dan kepada
taqdir baik dan buruk).
c.
Urgensi Akidah Sebagai Landasan Agama
Syariat terbagi dua : i`tiqadiyah dan
amaliyah.
I`tiqadiyah
adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Seperti i`tiqad
(kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepadaNya, juga
i`tiqad terhadap rukun-rukun iman yang
lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama).
Sedangkan amaliyah adalah segala yang
berhubungan dengan tata cara amal,
seperti shalat, zakat, puasa dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini
disebut far`iyah (cabang agama), karena ia dibangun din atas i`tiqadiyah. Dan
rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya i`tiqadiyah.
Maka
aqidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat
sahnya amal.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى
إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (110)
Katakanlah:
"Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Allah Yang Maha
Mengetahui". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang
pun dalam beribadah kepada Tuhannya".
Ayat-ayat
di atas dan yang senada, yang jumlahnya banyak, menunjukkan bahwa segala amal
tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi yang
pertama kali adalah pelurusan aqidah. Dan hal pertama yang didakwahkan para
rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah semata dan meninggalkan segala yang
dituhankan selain Dia.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا
أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
16:36. Dan sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”
Pernyataan
terebut diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu`aib dan seluruh rasul. Selama
13 tahun di Makkah-sesudah bi`tsh-Nabi mengajak manusia kepada tauhid dan
pelurusan akidah, karena hal itu merupakan landasan bangunan Islam. Para da`i
dan para pelurus agama dalam setiap masa telah mengikuti jejak para rasul dalam
berdakwa. Sehingga mereka memulai dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan
akidah, setelah itu mereka mengajak seluruh perintah agama yang lain.
II.
Pembagian aqidah (tauhid)
Secara umum bahwa pembagian aqidah atau tauhid itu ada dua:
·
Tauhidullah
·
Tauhidurrasul
Adapun
tauhidullah maksudnya adalah mengesakan Allah dalam hal rububiyah, uluhiyah
serta nama-nama dan sifat-sifatNya. Sedangkan tauhid rububiyah adalah
mengesakan Allah dalam hal penciptaan, artinya Allahlah yang satu-satunya Maha
Pencipta seluruh alam semesta, tauhid uluhiya artinya mengesakan Allah dalam
hal peribadatan, maksudnya semua dari macam ibadah wajib ditujukan dan
diniatkan hanya untukNya tidak berbuat syirik. Tauhid nama dan sifatNya artinya
mengesakan Allah dalam hal nama dan sifatNya, maksudnya mensucikan Allah pada nama dan sifat yang tidak layak bagi
Allah, dan tidak menyerupakanNya dengan sesuatu apapun.
Adapun
tauhidurrasul maksudnya mengesakan rasulullah dalam hal ketundukan, ketaatan,
kepasrahan terhadap apa saja yang dia bawa, dalam arti kita tidak butuh kepada
syariat selain ajaran yang dituntunkan dan diajarkan oleh Rasulullah, sehingga
kita wajib melaksanakan apa saja yang diperintahkannya dan menajauhi apa saja
yang dilarangnya, membernarkan dari apa-apa yang di beritakannya baik yang
berkenaan masa lalu, sedang terjadi, yang akan dating maupun yang berkaitan
tentang hari kemudian serta kita tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan
apa yang telah ia syariatkan dalam sunnah-sunnahnya.
III.
Sebab-sebab Penyimpangan Aqidah
Penyimpangan
dari aqidah yang benar adalah kehancuran dan kesesatan. Karena akidah yang
benar merupakan motivator ulama bagi amal yang bermanfaat.
Tanpa
akidah yang benar, sesorang akan menjadi mangsa bagi persangkaan dan
keragu-raguan yang lama-kelamaan mungkin menumpuk dan menghalangi dari
pandangan yang benar terhadap jalan hidup kebahagiaan, sehingga hidupnya terasa
sempit lalu ia ingin terbebas dari kesempitan tersebut dengan menyudahi hidup,
sekalipun dengan bunuh diri, sebagaimana yang terjadi pada banyak orang yang
telah kehilangan hidayah akidah yang benar. Masyarakat yang tidak dipimpin oleh
aqidah yang benar merupakan masyarakat bahami (hewani) tidak memiliki
prinsip-prinsip hidup bahagia, sekalipun bergelimang materi tetapi terkadang
justru sering menyeret mereka pada kehancuran, sebagaimana yang kita lihat pada
masyarakat jahiliyah. Karena sesungguhnya kekayaan materi memerlukan taujih
(pengarahan) dalam penggunaannya, dan tidak ada pemberi arahan yang benar
kecuali akidah shahihah.
Maka
kekuatan akidah tidak boleh dipisahkan dari kekuatan madiyah (materi). Jika hal
itu dilakukan dengan menyeleweng kepada akidah batil, maka kekuatan materi akan
berubah menjadi sarana pengahncur dan alat perusak, seperti yang terjadi di
Negara-negara kafir yang memiliki materi, tetapi tidak memiliki akidah
shahihah.
Sebab-sebab penyimpangan dari akidah
shahihah yang harus kita ketahui:
1.
Kebodohan
terhadap aqidah shahihah. Karena tidak mau (enggan) mempelajari dan
mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian terhadapnya, sehingga tumbuh
suatau generasi yang tidak mengenal akidah shahihah dan juga tidak mengetahui
lawan atau kebalikannya. Akibatnya,
mereka menyakini yang haq sebagai sesuatu yang batil dan yang batil dianggap
sebagai yang haq.
Sebagaimana
yang yang pernah dikatakan oleh Umar..
ويروي
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه انه قال : إنما تنقض عرى الإسلام عروة عروة إذا نشأ
في الإسلام
من لا يعرف الجاهلية
“Sesungguhnya ikatan simpul Islam
akan pudar satu demi satu, manakala didalam Islam terdapat orang yang tumbuh
tanpa mengenal kejahilan”
2.
Ta`ashushub
(fanatik) kepada susuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya,
sekalipun hal itu batil, mencampakkan apa yang menyalahinya, sekalipun itu
benar.
Sebagaimana yang difirmankan Allah :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ
نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لَا
يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
2:170. Dan apabila
dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,"
mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami
dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa
pun, dan tidak mendapat petunjuk?"
3. Taklid buta, dengan
mengambil pendapat manusia dalam masalah akidah tanpa mengetahui dalilnya dan
tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya, sebagaimana yang terjadi pada
golongan-golongan seperti Mu`tazilah, Jahmiyah dan lainnya. Mereka bertaklid
kepada orang-orang sebelum mereka dari pemimpin yang sesat, sehingga mereka
juga sesat, jauh dari akidah shahihah.
4. Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali
dan orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atas derajat yang
semestinya, sehingga menyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak mampu
dilakukan kecuali oleah Allah, baik berupa mendatangkan kemanfatan mapun
menolak kemudharatan, juga menjadikan para wali itu sebagai perantara antara
Allah dan maklukkNy, sehingga sampai pada tingkat penyembahan para wali
tersebut dan bukan menyembah Allah. Mereka bertakarrub kepada kuburan para wali tiu
dengan hewan kurban, nazar, do`a, nistighatsah dan meminta pertolongan. Sebagaimana yang terjadi pada
kaum Nabi Nuh terhadap orang-orang shalih ketika mereka berkata,
وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ
آَلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ
وَنَسْرًا
Dan
mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan)
tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan)
wadd, dan jangan pula suwaa', yaghuts, ya'uq dan nasr".
Dan demikianlah yang terjadi pada
pengagung-pengagung kuburan di berbagai negeri sekarang ini.
5.
Ghaflah (lalai)
terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat
kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam kitabNya (ayat-ayat
Qur`aniyah). Disamping itu, juga terbuai
dengan hasil-hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu
semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga mereka mengagun-agungkan manusia serta
menisbatkann seluruh kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan manusia
semata.
6. Pada umumnya rumah tangga sekarang
ini kosong dari pengarahan yang benar (menurut Islam). Padahal Rasulullah telah
bersabda:
4714 حدثنا
القعنبي عن مالك عن أبي الزناد عن الأعرج عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه وينصرانه كما تناتج الإبل من
بهيمة جمعاء هل تحس من جدعاء قالوا يا رسول الله أفرأيت من يموت وهو صغير قال الله
أعلم بما كانوا عاملين
صحيح
الترمذي ( 2237 ) // صحيح الجامع ( 4560 ) ، الإرواء ( 1220
)
Sunan Abu Daud 4091: Telah
menceritakan kepada kami Al Qa'nabi dari Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj
dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang
tuannya-lah yang menjadikan ia yahudi atau nashrani. Sebagaimana unta melahirkan
anaknya yang sehat, apakah kamu melihatnya memiliki aib?" Para sahabat
bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan orang yang meninggal saat
masih kecil?" Beliau menjawab: "Allah lebih tahu dengan yang mereka
lakukan."
Jadi, orang tua mempunyai peranan
besar dalam meluruskan jalan hidup anak-anaknya.
7. Enggannya media pendidikan dan media
informasi melaksanakan tugasnya. Kurikulum pendidikan kebanyakan tidak
memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan agama Islam, bahkan ada
yang tidak perduli sama sekali. Sedangkan media informasi, baik media cetak
maupun elektronik berubah menjadi sarana penghancur dan perusak, atau paling
tidak hanya memfokuskan pada hal-hal yang bersifat materi dan hiburan semata,
tidak memperhatikan hal-hal yang dapat meluruskan moral dan akidah serta
menangkis aliran-aliran sesat. Dari sini, muncullah generasi yang telanjang
tanpa senjata, yang tak berdaya di hadapan pasukan kekufuran yang lengkap
persenjataannya.
IV.
Cara-cara Penanggulangan Penyimpangan Aqidah Tauhid
Cara menanggulangi penyimpangan di atas teringkas dalam
poin-poin berikut ini :
1)
Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah untuk mengambil akidah shahihah. Sebagaimana para Salaf Sahlih
mengambil akidah mereka dan keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat
ini kecuali apa yang telah memperbaiki umat pendahulunya. Juga dengan mengkaji
akidah golongan sesat dan mengenal syubhat-syubhat mereka untuk kita bantah dan
kita waspadai, karena siapa saja yang tidak mengenal keburukan, ia dikhawatirkan
terperosok ke dalamnya.
2)
Memberi perhatian pada pengajaran
akidah shahihah, akidah Salaf, diberbagai jenjang pendidkan. Memberi jam
pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat dalam menyajikan
materi.
3)
Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang
bersih sebagai materi pelajaran. Sedangkan kitab-kitab kelompok penyeleweng
harus di jauhkan.
4)
Menyebar para da`I yang meluruskan
akidah umat Islam dengan mengajarkan akidah salaf serta menjawab dan menolak
seluruh akidah batil.
BAB III
KESIMPULAN
Aqidah secara bahasa berasal dari perkataan bahasa Arab
yaitu اَلْعَقِيْدَةُ
kata dasar al-aqd yaitu al-Rabith (ikatan), al-Ibram
(pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-Tawutsiq (menjadi kokoh,
kuat), al-syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-Itsbat
(penetapan).
Aqidah secara istilah yaitu iman kepada Allah, para
MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para RasulNya dan Kepada Hari Akhir serta kepada
qadar yang baik mapun yang buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman.
Pembagian aqidah tauhid:
1) Tauhidullah
2) Tauhidurrasul
Sebab-sebab penyimpangan aqidah tauhid:
1. Kebodohan terhadap aqidah shahihah.
2. Ta`ashushub (fanatik)
3.
Taklid buta,
4.
Ghuluw (berlebihan) dalam mencintai para wali
dan orang-orang shahih.
5. Ghaflah (lalai) terhadap perenungan
ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat kauniyah) dan ayat-ayat
Allah yang tertuang dalam kitabNya (ayat-ayat Qur`aniyah).
6. Enggannya media pendidikan dan media
informasi melaksanakan tugasnya.
Cara-cara Penanggulangi Penyimpangan Aqidah
Tauhid:
1) Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah untuk mengambil akidah shahihah.
2) Memberi perhatian pada pengajaran
akidah shahihah, akidah Salaf, diberbagai jenjang pendidkan.
3) Harus ditetapkan kitab-kitab salaf
yang bersih sebagai materi pelahjaran.
4) Menyebar para da`I yang meluruskan
akidah umat Islam dengan mengajarkan akidah salaf serta menjawab dan menolak
seluruh akidah batil.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan bin
Abdullah “Kitab Tauhid” Jakarta : Darul Haq, 1998
Al-Utsaimin, Muhammad bin
Shaleh,”Syarhul Aqidatil Wasithiyah” Darul Tsiriya
A415
H
Hasan Basri, Abu Ahsan Sirojuddin
Lc, “Syarah Hadits Arba`in (dalam bahasa Indonesia), Pustaka Ibnu Katsir,
Jakarta : 2012
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shaleh,
“Syrhul Arba`iin an-Nawawiyyah” Yayasan Kabajikan Syaikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar