BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Dengan demikian,
pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan (baca : proses
pembelajaran) dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat
membentuk dan memengaruhi proses pembelajaran. Begitu banyak komponen yang
dapat memengaruhi kualitas pendidikan. Namun demikian, tidak mungkin upaya
meningkatkan kualitas dilakukan dengan memperbaiki setiap komponen secara
serempak. Hal ini selain komponen – komponen itu keberadaannya terpencar, juga
kita sulit menentukan kadar keterpengaruhan setiap komponen.
1.2.Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Guru?
2.
Seperti apakah pengertian profesi mengajar yang merupakan pekerjaan
profesional bagi guru?
3.
Seberapa pentingkah peran Guru dalam proses pembelajaran?
4.
Apa saja Syarat-syarat menjadi Guru?
5.
Bagaimanakah cara mejadi Guru yang baik ?
1.3. Tujuan Masalah
untuk mencapai standar
proses pendidikan, sebaiknya dimulai dengan menganalisis komponen guru. Oleh
karena itu, dalam pembahasan ini kami harap agar kita lebih mengetahui lebih
jauh tentang Guru dan segala yang berkaitan tentang keguruan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Guru
Secara Etimologi
(bahasa) : dalam
bahasa Arab, guru dikenal dengan sebutan Al-Mu’alim, atau Al-Ustadz, artinya
yang bertugas memberikan ilmu dalam majlis ta’lim . Dalam Bahasa Sansekerta guru secara harfiahnya adalah memiliki arti
“berat”, Dalam bahasa
Indonesia, guru umumnya merujuk “pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik”. Secara Istilah guru dilihat sebagai seseorang yang berdiri di
depan kelas untuk menyampaikan ilmu. Pengertian guru menurut istilah masa sekarang menjadi arti yang
luas dalam masyarakat, yaitu semua orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau
kependidikan tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang.
Dalam pengertian lain, guru adalah pendidik profesional karenanya secara implisit ia telah
merelakan dirinya menerima dan memikul tanggung jawab pendidikan yang terpikul
di pundak para orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya kesekolah
sekaligus berarti pelimpahan sebagai tanggung
jawab pendidikan anaknya kepada Guru.([1]) Di
negara- negara Timur sejak dahulu kala,
guru sangat dihormati oleh Masyarakat. Orang india terdahulu, menganggap guru itu sebagai “orang yang
suci dan sakti”. Di jepang, guru disebut Sensei artinya “yang
lebih dahulu lahir”, “ yang lebih tua “. Di inggris, guru dikatakan “Teacher”
dan di Jerman,guru disebut “ De lehler” keduanya berarti “ pengajar”.
([2])
Secara umum,
guru harus memenuhi 2 kategori, yaitu capability dan loyality,
yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya,
memiliki kemampuan yang teoritis tentang mengajar yang baik, dari mulai
perencanaan, implementasi sampai evaluasi, dan memiliki loyalitas keguruan,
yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam kelas,
tetapi juga sesudah di luar kelas (mampu mengaplikasikan sikap guru bukan hanya
saat mengajar namun juga dalam kemasyarakatan).[3]
2.2. Mengajar sebagai pekerjaan profesional bagi Guru
Mengajar bukanlah
hanya menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi merupakan pekerjaan yang
bertujuan dan bersifat kompleks. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya,
diperlukan sejumlah keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu
pengetahuan yang spesifik. Artinya, setiap keputusan dalam melaksanakan
aktivitas mengajar bukanlah didsarkan kepada pertimbangan-pertimbangan
sebujektif atau tugas yang dapat dilakukan sekehendak hati, tetapi didasarkan
kepada suatu pertimbangan berdasarkan keilmuan tertentu, sehingga apa yang
dilakukan guru dalam mengajar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Oleh
karena itu, untuk menjadi seorang guru profesional diperlukan latar belakang
yang sesuai, yaitu latar belakang kependidikan guru.
Sebagaimana
tugasnya seorang Dokter yang berprofesi menyembuhkan penyakit pasiennya, maka
tugas seorang guru pun memiliki bidang keahlian yang jelas, yaitu mengantarkan
siswa ke arah tujuan yang diinginkan. Memang hasil pekerjaan seorang dokter
atau profesi lainnya berbeda dengan hasil pekerjaan seorang guru. Kinerja profesi
nonkeguruan seperti dokter biasanya dapat dilihat dalam waktu yang singkat
dapat menyembuhkan pasien dari penyakitnya. Namun, tidak demikian dengan guru.
Hasil pekerjaan guru seperti mengembangkan minat dan bakat serta potensi yang
dimiliki seseorang, termasuk mengembangkan sikap tertentu memerlukan waktu yang
cukup panjang sehingga hasilnnya baru terlihat setelah berapa lama kemudian.
Mungkin satu generasi. Oleh karena itu, kegagalan guru dalam membelajarkan
siswa, berarti kegagalan dalam membentuk satu generasi manusia.
Agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang keahliannya, diperlukan
tingkat keahlian yang menandai. Menjadi guru bukan hanya cukup memahami materi
yang harus disampaikan, akan tetapi juga
diperlukan kemampuan dan pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan yang
lain, misalnya memahami tentang psikologi perkembangan manusia, pemahaman
tentang teori-teori perubahan tingkah laku, kemmapuan merancang dan
memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, kemampuan mendesain strategi
pembelajaran yang tepat, dan lain sebagainya. Termasuk kemampuan mengevaluasi
proses dan hasil kerja. Oleh karena itu, seorang guru bukan hanya tahu tentang
“What to teach”, akan tetapi juga paham tentang “How to teach”.
Kemampuan-kemampuan semacam itu tidak mungkin diperoleh dari suatu lembaga
pendidikan khusus, yaitu lembaga pendidikan keguruan.
Tugas guru adalah
mempersiapkan generasi manusia yang dapat hidup dan berperan aktif di
Masyarakat. Oleh sebab itu,tidak mungkin pekerjaan seorang guru dapat terlepas
dari kehidupan sosial. Hal ini berarti apa yang dilakukan guru akan mempunyai
dampak terhadap kehidupan Masyarakat. Sebaliknya, semakin tinggi derajat
keprofesionalan seseorang, misalnya tingkat keguruan seseorang, maka semakin
tinggi pula penghargaan yang diberikan Masyarakat.
Pekerjaan guru
bukanlah pekerjaan yang statis, tetapi pekerjaan yang dinamis, yang selamanya
harus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena
itu guru dituntut peka terhadap dinamika perkembangan Masyarakat, baik
perkembangan kebutuhan yang selamanya berubah,
perkembangan sosial, budaya, politik, termasuk perkembangan teknologi.([4])
2.3. Pentingnya Guru
dalam proses pembelajaran.
Ketika ilmu
pengetahuan masih terbatas, ketika pemberitahuan hasil-hasil teknologi belum
berkembang hebat seperti sekarang ini, maka peran utama Guru di Sekolah adalah
menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai warisan kebudayaan masa lalu yang
dianggap berguna sehingga harus dilestarikan. Dalam kondisi demikian, Guru
berperan sebagai sumber belajar (learning resoures) bagi siswa. Siswa akan
belajar apa yang keluar dari mulut guru. Oleh karena itu, ada pepatah yang
menyebutkan bagaimanapun pintarnya siswa, maka tidak mungkin dapat mengalahkan
pintarnya guru. Apakah dalam kondisi yang demikian masih tetap dipertahankan ?
apakah ilmu pengetahuan sebagai warisan masa lalu yang harus dikuasai itu hanya
dapat dipelajari dari mulut guru ? tentu saja tidak. Dalam abad teknologi dan
informasi ini siswa dapat mempelajarinya dari berbagai sumber. Namun demikian, hebatnya
kemajuan teknologi tidak membuat peran guru akan tergantikan. [5]
Kemudian dalam
model belajar sistem komando dan penyampaian, atau model bank dalam istilah feire,
guru tidak saja dituntut untuk bisa menstimulasi siswa-siswanya, tetapi juga
harus mampu memerhatikan keragaman yang ada, karena daya serap siswa
berbeda-beda, dan akumulasi pengalaman belajar sebelumnya berbeda antara satu
dengan lainnya. Kemudian guru juga tidak bisa maksimal memahami siswa belajar,
walaupun guru bisa menjelaskan bahan-bahan ajar pada siswa.[6]
2.4. Syarat-syarat menjadi Guru
Menjadi seorang guru itu tidak semata-mata menjadi seorang guru
saja tanpa memerhatikan syarat-syarat sebelumnya. Seorang guru adalah akan
menjadi tabiat bagi siswa yang diajarnya. Menjadi seorang gurupun akan memiliki
pertanggung jawaban besar bagi diri sendiri, masyarakat, agama, Nusa dan
Bangsa. Oleh karena itu, sebelum menjadi seorang guru kita terlebih dahulu harus
tahu spesifikasi calon guru dan berikut ini adalah Syarat-syaratnya :
·
Takwa Kepada Allah
Profesi guru sesuai dengan tujuan Ilmu Pendidikan Islam, tidak
mungkin mendidik anak agar bertaqwa kepadanya namun guru mendidik agar anak
bertaqwa kepada Allah. Nah, jika gurunya sudah bertaqwa kepada Allah akan mudah
bagi guru untuk mencontohkan bagaimana seharusnya agar kita bertaqwa kepada
Allah. Sebab ia adalah teladan bagi muridnya sebagaimana Rasulullah SAW menjadi
teladan baik kepada murid-muridnya. Sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan
berhasil mendidik mereka akan menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan
mulia.
·
Berilmu
Ijazah bukan semata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa
pemiliknya memiliki ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukan
untuk suatu jabatan.
Dalam keadaan normal ada
patokan bahwa makin tinggi pendidikan Guru makin baik mutu pendidikan dan pada
gilirannya makin tinggi pula derajat Masyarakat. Seorang guru dituntut agar
berilmu, salah satunya adalah agar ia
mampu mempertanggung jawabkan profesinya
yang sebagai seorang guru dan pertanggung jawaban atas segala pelajaran yang ia
sampaikan.
·
Sehat jasmani
Kesehatan sering kali dijadikan salah satu bagi mereka yang melamar
untuk menjadi guru. Karena dikhawatirkan jika gurunya tidak sehat dan memiliki
penyakit berbahaya akan berakibat buruk kepada siswa yang diajarnya karena khawatir
akan tertular.
·
Berkelakuan baik
Guru yang tidak berakhlak baik, tidak mungkin dipercayakan
pekerjaan mendidik. Yang dimaksud dengan Baik dalam Ilmu pendidikan Islam
seperti yang dicontohkan oleh pendidik utama yakni nabi Muhammad SAW. Diantara
Akhlak yang harus dimiliki seorang Guru adalah sebagi berikut :
v Mencintai
jabatan seorang Guru
v Bersikap adil
terhadap semua muridnya
v Guru harus berwibawa
v Berlaku sabar
dan tenang
v Guru harus
gembira
v Guru harus
bersifat memahami
v Bekerjasama
dengan Guru-Guru lain
v Bekerjasama
dengan Masyarakat([7])
2.5. Cara menjadi Guru
yang baik
Tidak semua guru memahami dan menyadari paradigma menjadi guru yang
baik. Praktik-praktik pengajaran masih banyak yang didominasi oleh guru dan
bahkan guru sepertinya memiliki otoritas untuk memaksa siswa memenuhi semua
yang diinginkannya dengan kurang bijak memerhatikan kebutuhuan belajar
siswanya. problem terbesar dalam belajar sistem penyampaian dan perintah tidak
akan mampu mengantisispasi berbagai kesulitan siswa individual dan kelompok
dalam menyerap berbagai bahan ajar untuk akumulasi pengalaman mereka.
Oleh karena
itu, berikut ini akan dijelaskan bagaimana seharusnya seorang guru bertingkah
laku dalam mengajar dan agar mampu menjadi seorang guru yang baik :[8]
1.
Dengan berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang berpancasila.
2.
Dengan memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum
sesuai kebutuhan anak didik masing-masing.
3.
Dengan mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi
tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.
4.
Dengan menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua anak didik sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5.
Dengan menyusun rapi materi yang akan
diajarkan.
6.
Dengan mengecek tata tertib di dalam kelas, dan memerhatikan para
murid ditengah jam pelajaran.
7.
Dengan mengevaluasi tugas-tugas murid dan membenarkannya
8.
Dengan menstranfer nilai-nilai dan menjadi suri teladan yang baik
bagi para muridnya.
9.
Dengan memberikan tugas-tugas rumah kepada murid.
10.
Dengan bekerja sama dengan lembaga sekolah dan menerima dengan hati
terbuka atas saran dan nasihat kepala sekolah.
11.
Dengan bekerja sama dengan pihak wali murid dengan baik.
12.
Dengan belajar dan melakukan riset dengan tujuan untuk meningkatkan
keterampilan mengajar yang lebih baik.
Sedangkan, menurut Gilberth H. Hanth dalam bukunya Effective Teaching,
bahwa guru yang baik itu harus memenuhi tujuh kriteria :[9]
1.
Sifat
Guru harus
memiliki sifat antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat,
berorientasi pada tugas, dan pekerja keras, toleran, sopan, dan bijaksana.
Misal : “ saat siswanya sedang malas
belajar dikelas guru harus pandai-pandai mencairkan suasana tersebut misalnya
saja dengan bercerita. Dan Gurupun tidak boleh terlalu keras dalam menegur
siswanya Misal : muridnya tidur dikelas dan gurunya membangunkan siswanya lalu
ditampar dan diusir keluar kelas,hal itu sangta tidak baik. Selayaknya guru
harus mencoba menegur terlebih dahulu siswa itu dan itupun dilakukan dengan
cara baik-baik bersikap sopan sebagai seorang guru”
2.
Pengetahuan
Guru yang baik
harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam mata pelajaran yang diampunya. Misal : “
seorang guru bahasa Inggris dituntut agar ia mampu mengajar bahasa arab. Sudah
jelas dalam hal ini sang guru tidak akan mampu melaksanakan tugasnya secara
maksimal meskipun ia mencoba melakukannya karena yang ia kuasai adalah mengajar
bahasa inggris bukan bahasa Arab “
3.
Apa yang disampaikan
Penyampaian
materi yang diberikan oleh guru harus sesuai dengan keinginan siswa dan
kebutuhan siswa. Maksudny adalah guru harus mampu menyesuaikan tingkat
pemahaman siswa sesuai dengan usia dan kondisi belajar saat itu. Misal : “pada
tigkat Taman kanak-kanak seorang guru memerintahkan agar mereka berdiskusi, itu
tidak akan efektif karena anak seusia mereka masih membutuhkan sebuah
permainan. Dengan kata lain, guru harus bisa menyampaikan pelajaran pada siswa
tersebut meskipun dalam bentuk permainan.
4.
Bagaimana mengajar
Guru yang baik
harus mampu menjelaskan berbagai
informasi secara jelas, dan terang. Seorang guru yang baik adalah yang dapat
mengerti bagaimana seharusnya ia dalam menyampaikan materi kepada siswanya dan
siswanyapun dapat mengerti dengan baik apa yang disampaikannya. Misal : “dengan
memberikan contoh nyata apa yang sedang ia jelaskan”. Karena dengan begitu
siswa dapat melihat bukti nyata bahwa yang disampaikan gurunya itu adalah
sebuah kebenaran.
5.
Harapan
Guru yang baik
harus mampu memberi harapan pada siswa dan mendorong partisipasi orang tua
dalam memajukan kemampuan akademik anaknya. Misal : “seorang guru memiliki
siswa yang nilainya kurang baik, sebagai seorang guru harus mampu
menenangkan siswa tersebut agar ia tidak
berpikir bahwa ia paling bodoh dan tidak akan mampu mendapat nilai bagus
seperti teman-temannya. Guru harus mampu
memberikan harapan bahwasannya setiap siswa mampu mendapat nilai yang baik
asalkan ia mau berusaha. Selain itu, guru juga harus mampu berkomunikasi baik
dengan orang tua siswa yang terkait, karena peran orang tua dalam hal ini juga
sangat penting”.
6.
Reaksi guru terhadap siswa
Guru yang baik
biasanya menerima masukan, resiko, dan tantangan yang selalu memberikan
dukungan kepada siswanya. Misal : “Guru terlalu cepat dalam membacakan
materi pelajaran dan Muridnya memberikan masukan agar gurunya tidak terlalu cepat dalam membaca dan guru harus bisa menerima masukan
itu” .
7.
Management
Guru yang baik
harus menunjukan keahlian dalam perencanaan dalam berbagai bidang terutama
dalam penyampaian materinya. Misal: “guru menyuruh agar siswanya membuat
makalah dan didiskusikan dan setelah selesai diskusi barulah guru memberikan
penjelasan yang lebih rinci tentang materi yang telah didiskusikan tadi dan setelah
itu barulah guru memberikan evaluasi apa saja kekurangan dalam diskusi tersebut
‘
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari semua pembahasan tentang bagaimana menjadi guru yang baik
ternyata sangat diperlukan sekali berbagai keterampilan-keterampilan yang harus
dimiliki oleh seorang guru. Mulai dari mengerti terlebih dahulu apa sebenarnya
profesi guru itu, setelah itu harus tahu pula apa saja syarat-syarat menjadi
seorang guru, dan harus mengetahui seberapa penting peran guru terhadap proses
pembelajaran agar kita tidak menganggap enteng profesi keguruan dan tidak
sungguh-sungguh dalam melaksanakn tugas sebagai seoran guru.
Tidak terhenti sebatas itu saja, seorang gurupun tak lantas
menjalankan tugasnya tanpa memerhatikan bagaimana seharusnya ia bertindak dalam
penyampaian materi dan tata cara mengajar . Nah, untuk melakukan hal itu dengan
benar seorang guru harus tahu bagaimana cara menjadi seorang guru yang baik
itu.
DAFTAR
PUSTAKA
Sanjaya wina. ( 2006 ). Strategi Pembelajaran . Jakarta :
Kencana Prenadamedia Group.
Gulo, W. (2002). Strategi belajar mengajar. Jakarta :
Grasindo
Ibrahim (1988 ). Inovasi Pendidikan. Jakarta : Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan tenaga Kependidikan.
Joni, t. Rakaa (1980). Cara
belajar siswa Aktif : wawasan Kependidikan dan pembaruan pendidikan guru.
Malang : IKIP Malang.
Rosyada Dede. (2004). Paradigma
Pendidikan Demokratis. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group
[2] Wina sanjaya, Strategi pembelajaran , ( Jakarta : Kencana
Prenadamedia group ,2006), cet. I,hlm. 33-44.
[3] Dede Rosyada, Paradigma
Pendidikan Demokratis, ( Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2004) ,
Cet.2, hlm. 109.
[4] Opcit, Hlm.14
[5] Loc.cit, hlm.21
[6] Loc.cit, hlm. 110
[8] Dede Rosyada, Paradigma
Pendidikan Demokratis, ( Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2004) ,
Cet.2, hlm. 111.
[9] Ibid, hlm. 112
Tidak ada komentar:
Posting Komentar